
Jambiotoritas.com, TEBO – Pondok Pesantren Al Amanah Rimbo Bujang Yang berdomisili di Jl. Dworowati (7) Desa Purwo Dadi, Kec. Rimbo Bujang Kab. Tebo Provinsi Jambi. Didirikan oleh K.H. DHOFARI (alm), Sesuai Akta Notaris Ferry Irwanto, M. Kn berdiri sejak 2011. Mengadopsi sistem Pondok Pesantren Salafi, modern serta Tahfiz Qur’an. Dengan visi misi “Berakar Kuat di Bumi Berbuah Lebat Di Langit, Berakhlaq Bumi Berilmu Langit”.
Menggagas KSTM (Kelompok Tani Santri Milenial) 
Diskusi panjang Fauzan bersama Kyai Ahmad Muhlis Tamami, M. Kom diwujudkan dengan melakukan aksi nyata dengan membentuk kewirausahaan berbasis pondok pesantren. Para santri diajari cara beternak ikan lele, beternak sapi, beternak kambing, hingga bertani.
Karena perkembangan kelompok usaha di Ponpes Al Amanah Rimbo Bujang mulai menunjukkan kemajuan yang diawali dengan berternak kambing “Kandang Amanah Farm”. Hingga akhirnya dibentuk Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) pada tahun 2021.
“Dari unit usaha kecil-kecil yang ada di pondok, kemudian kita sinergikan dengan sebuah program, bernama KSTM. Kyai pun mendukung program ini, karena menurutnya ini program baik dan mengajak untuk bersama-sama menjadi sukses,” ujarnya.
Dengan penuh kesabaran, Fauzan kerap datang ke pondok untuk melatih para santri dalam membudidayakan ikan, sapi, kambing, hingga menanam tanaman hortikultura. Melaju dari rumahnya yang ada di Desa Purwo Dadi, Kecamatan Rimbo Bujang, Fauzan mencoba istikamah untuk menjaga amanah dari sang kyai.
“Saya sangat senang gagasan KSTM ini didukung oleh Kyai Muhlis,” kata Fauzan yang notabene sebagai Advokat Muda. 
Ketua KTSM PonPes Al Amanah Rimbo Bujang, Ust. Muhammad Zainal Muttaqin, mengatakan para santri memang dilatih untuk berwirausaha sosial melalui KTSM. Para santri tidak hanya diberi kewajiban untuk mendalami ilmu formal dan agama, tetapi juga diwajibkan untuk mengembangkan jiwa bisnisnya.
“Kyai menginginkan para santri memiliki kemampuan berbisnis. Supaya para santri tidak terlalu mengharap amplop-amplop itu. Para santri bisa bertani maupun beternak atau mengembangkan sesuai skill yang dimiliki,” 
Para santri memulai aktivitas berkebun dan beternak selepas mengikuti kegiatan mengaji setelah salat Subuh. Mereka akan berada di ladang dan peternakan hingga pekerjaannya rampung. Setelah itu, mereka bisa melanjutkan kegiatan belajar ilmu agama yang menjadi rutinitas.
“Kyai melihat anak-anak muda zaman sekarang tidak mau menjadi petani. Untuk itu, melalui program ini diharapkan bisa menciptakan regenerasi petani,” katanya. (JOS) 
Editor : David Asmara