Jambiotoritas.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan dalam tiga hari terakhir hotspot (titik panas) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) turun signifikan. Meski begitu BMKG tetap meminta masyarakat terus waspada sebaran asap akibat karhutla di wilayah Indonesia, khususnya di Sumatera dan Kalimantan. BMKG mendeteksi penurunan signifikan jumlah titik panas di wilayah Indonesia. berdasar pantauan satelit Modis (Terra Aqua), Suomi NPP, dan NOAA-20 selama 3 hari terakhir (26-28 September 2019) sebesar 78%, dibandingkan sepekan lalu.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo mengatakan, lokasi titik panas tersebut di antaranya berada di wilayah Indonesia seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
“Jumlah titik panas di wilayah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Timur fluktuatif. Sementara di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan fluktuatif cenderung menurun sampai 28 September 2019,” katanya dari siaran pers, Minggu (29/9/2019).
Prabowo menjelaskan kecenderungan penurunan jumlah titik panas di Indonesia dan negara Asia Tenggara, dan secara tidak langsung dapat menurunkan sebaran asap di wilayah Indonesia. Namun masyarakat masih harus mewaspadai terjadinya karhutla karena potensi hujan masih belum signifikan di daerah tersebut.
Saat ini dalam mengupayakan peningkatan potensi hujan di daerah terjadinya karhutla, BMKG bekerja sama dengan TNI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Mereka melakukan kegiatan teknologi modifikasi cuaca yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi hujan di wilayah karhutla yang sudah dilaksanakan di beberapa tempat di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
“BMKG terus mengimbau masyarakat yang berdomisili atau sedang berada di beberapa wilayah dekat dengan karhutla, untuk selalu mewaspadai potensi karhutla,” ucapnya.
Satelit Modis yang digunakan BMKG yang menjadi standar kondisi cuaca di ASEAN menunjukkan pada 23 September 2019 jumlah titik panas seluruh Indonesia berjumlah 1.374 titik, di mana di Riau terdapat 134 titik, Jambi 324 titik, Sumatera Selatan 337 titik, Kalimantan Barat 20 titik, Kalimantan Tengah 279 titik, Kalimantan Selatan 49 titik, serta Kalimantan Timur 11 titik.
Pada tanggal 25 September 2019, Riau dan enam wilayah prioritas penanganan kebakaran hutan dan lahan nasional lainnya, semuanya mengalami penurunan. Secara nasional jumlah titik api seluruh Indonesia sebanyak 554 titik, dengan sebaran Riau 68 titik, Jambi 15 titik, Sumatera Selatan 13 titik, Kalimantan Barat 9 titik, Kalimantan Tengah 268 titik, Kalimantan Selatan 39 titik, Kalimantan Timur 60 titik.
Sementara pada Kamis (26/9/2019), satelit modis menangkap kenaikan jumlah titik api, di mana pada pukul 18.55 WIB, setelit mencatat ada 915 titik api seluruh Indonesia, dengan Riau tanpa titik api, Jambi 33 titik api, Sumatera Selatan 18 titik api, Kalimantan Barat 59 titik api, Kalimantan Tengah 674 titik api, Kalimantan Selatan 28 titik api, Kalimantan Timur 38 titik api.
Selanjutnya penurunan kembali terjadi pada Jumat (27/9/2019) satelit mencatat ada 231 titik panas di seluruh Indonesia, di mana Riau hanya 9 titik panas, Jambi 96 titik, terdapat 8 titik panas di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat 1 titik, Kalimantan Tengah 1 titik panas, Kalimantan Selatan 1 titik panas, Kalimantan Timur 33 titik panas.
Pada Sabtu (28/9/2019) pukul 06.02 WIB tren penurunan kembali terjadi. Terdapat 136 titik panas di seluruh Indonesia. Khusus di wilayah rawan karhutla, di Riau terdapat 2 titik, Jambi 17 titik, Sumatera Selatan 3 titik, Kalimantan Barat tidak ditemukan titik panas, Kalimantan Tengah terdapat 4 titik, Kalimantan Selatan 1 titik, dan Kalimantan Timur terdapat 27 titik.
Sementara itu, pantauan hari Minggu (29/9/2019), sebagian wilayah mengalami kenaikan jumlah titik panas, yaitu Jambi 34 titik, Sumsel 50 titik, Kalimantan Barat 2 titik, Kalimantan Tengah 48 titik, dan Kalimantan Selatan 31 titik. Beberapa daerah rawan karhutla juga ada yang mengalami penurunan titik panas yaitu Riau 1 titik dan Kalimantan Timur 14 titik. Sehingga pantauan titik panas di seluruh Indonesia pada Minggu (29/9/2019) ada 263 titik.
Membuahkan Hasil
Terkait turunnya titik panas, setelah Presiden Joko Widodo melakukan rapat terbatas di Riau beberapa waktu lalu, BNPB akan lakukan operasi pemadaman karhutla menggunakan TMC lebih intensif. TNI mengerahkan 4 pesawat untuk membantu proses TMC di Sumatera dan Kalimantan. Upaya TMC yang digawangi oleh BNPB bersama BPPT dan BMKG pun sudah membuahkan hasil. Hujan turun di beberapa tempat yang menjadi daerah operasi TMC seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengungkapkan, pantauan Minggu (29/9/2019) di wilayah Sumatera menunjukkan kondisi cuaca secara umum terpantau cerah berawan hingga hujan. Jarak pandang di beberapa bandara di Pulau Sumatera terpantau berada pada level baik, dengan visibility lebih dari 5 km.
Kemudian berdasarkan pantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) hingga pukul 16.00 WIB menunjukkan bahwa titik api dengan kategori sedang dan tinggi terdeteksi masing-masing berada di Riau dengan 3 titik, Muaro Jambi 1 titik, dan Sumatera Selatan 124 titik. “Hal tersebut menunjukkan bahwa titik api terpantau cenderung berkurang,” ucapnya.
Sementara itu, pantauan cuaca di Pulau Kalimantan menunjukkan kondisi cuaca cerah, berawan hingga hujan. Sedangkan untuk jarak pandang terpantau sudah lebih dari 5 km. Kendati demikian, asap tipis masih terpantau berada di wilayah Palangkaraya Kalimantan Tengah dan Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Sedangkan pantauan titik api kategori sedang dan tinggi hingga Minggu (29/9/2019) sore terdeteksi masing-masing di Kalimantan Barat 4 titik dan Kalimantan Selatan 4 titik. Merujuk tren laporan yang dihimpun berdasarkan citra satelit terkini dan tinjauan langsung di lapangan lanjutnya, bisa disimpulkan bahwa episode karhutla 2019 tak lama lagi segera usai.
“Oleh karena itu, dari seluruh pencapaian atas hasil usaha pemadaman darat, udara dengan waterbombing, dan TMC, ditambah prediksi BMKG tentang musim hujan yang akan segera datang semakin membuat kami optimis bahwa bencana asap karhutla ini akan segera berlalu,” paparnya.
Sumber : Suara Pembaruan