BMKG : Soal langit merah di Muaro Jambi, Tingginya Polutan

waktu baca 2 menit
Minggu, 22 Sep 2019 14:19 0 255 jambiotoritas
Kondisi kabut asap dikota Jambi, Minggu (22/9/2019)/ft. Jambi Otoritas

Jambiotoritas.com, JAMBI – Fenomena warna langit di Muaro Jambi berubah menjadi warna merah. Secara ilmiah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan akibat tingginya kadar polutan diwilayah itu. Hasil analisis citra satelit Himawari-8 pada 21 September di sekitar Muaro Jambi, tampak terdapat banyak titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal.

” Asap dari kebakaran hutan dan lahan ini berbeda dari daerah lain yang juga mengalami kebakaran, wilayah lain pada satelit tampak berwarna cokelat namun di Muaro Jambi menunjukkan warna putih yang mengindikasikan bahwa lapisan asap yang sangat tebal,” kata kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/9/2019).

Hal ini dimungkinkan karena kebakaran hutan/lahan yang terjadi di wilayah tersebut, terutama pada lahan-lahan gambut. Menurut dia, tebalnya asap juga didukung oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan berukuran kurang dari 10 mikron (PM10).

” Tengah malam di Jambi, pengukuran konsentrasi PM10 didapati banyaknya volume polutan di udara yakni 373,9 ug/m3, menunjukkan kondisi tidak sehat,” ujarnya.

Kondisinya serupa dan lebih parah terjadi di pekan baru, Riau. Angka konsentrasi debu polutan PM10 kategori berbahaya dengan banyaknya polutan mencapai 406,4 ug/m3. Jika ditinjau dari teori fisika atmosfer pada panjang gelombang sinar tampak, langit berwarna merah ini disebabkan oleh adanya hamburan sinar matahari oleh partikel mengapung di udara yang berukuran kecil (aerosol), dikenal dengan istilah hamburan mie (Mie Scattering).

Mie scattering terjadi jika diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang dari sinar tampak (visible) matahari. Panjang gelombang sinar merah berada pada ukuran 0,7 mikrometer.

” Kita mengetahui bahwa konsentrasi debu partikulat polutan berukuran kurang dari 10 mikrometer sangat tinggi di sekitar Jambi, Palembang, dan Pekanbaru. Tetapi langit yang berubah merah terjadi di Muaro Jambi. Ini berarti debu polutan di daerah tersebut didominasi berukuran sekitar 0,7 mikrometer atau lebih dengan konsentrasi sangat tinggi. Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebaran partikel polutan ini juga luas untuk dapat membuat langit berwarna merah,” jelasnya.

Langit yang berubah warna ini bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Pada 2015, di Palangkaraya juga pernah diberitakan beberapa kali mengalami langit berwarna oranye akibat kebakaran hutan dan lahan, yang berarti ukuran debu partikel polutan (aerosol) saat itu dominan lebih kecil atau lebih halus (fine particle) daripada fenomena langit memerah di Muaro Jambi kali ini. (red JOS)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA