JambiOtoritas.com, TEBO – Penganugerahan gelar adat kepada 5 tokoh penting sebagai bentuk penghormatan dan tanggungjawab melestarikan kearifan budaya lokal dan adat istiadat oleh lembaga adat melayu (LAM) Jambi kabupaten Tebo disoal oleh salah satu warga Tebo. Menurut Romi Gerong menilai proses pemberian gelar adat nampak hanya, seperti seremonial belaka.
” Seserahan adatnya di waktu itu katanya, memotong kerbau. Tapi ternyata cuma kepalanya saja, itukan sudah salah,” kata Hafizan Romi Faizal, alias Romi Gerong. Kamis 29 Agustus 2024 dikutip dari chanel youtube duasatu.net.
Lebih jauh dikatakan Romi, adat tidak cuman dilihat dari hasil tapi bagaimana proses itu berjalan, bagaimana seseorang mendapat penghargaan gelar adat. Kita ambil contoh saja, misalnya orang penganten disebut Rajo nan sehari, itukan diperlihatkan karena harus pakai adat, harus di arak ada iringan kompangan dan pesilatnya yang antar tanda dan lainnya itu merupakan bagian proses.
Kesakralan adat harus ditampilkan, kalau adat itu hanya seperti pelantikan kepala dinas sementara adat istiadat adalah sebagai bentuk pemberian penghargaan ada proses panjang, jadi orang berpikiran ini cuma seperti cari proyek saja.
Seharusnya, kata dia, yang meninggikan adat adalah orang adat itu sendiri, apa lagi ada lembaganya, kalau prosesnya seperti itu bingung juga kita artinya orang adat sendiri yang mengangkangi proses pemberian gelar adat, itu yang di sayangkan
Dikatakannya, Ketidakhadiran penjabat (Pj) Bupati Tebo, Varial Adhi Putra sebagai pembina dan pengundang dalam acara LAMJ kabupaten Tebo, kemarin. Menurut saya sebagai masyarakat, melihat proses adat istiadat tersebut dianggap seperti seremonial, jadi tidak datang tidak apa-apa. ” Tapi kalau ada arak-arakan, doa bersama dan segala macam mungkin lain lagi ceritanya.
Bahkan kata Romi jika tidak menghargai adat bisa didenda tapi karena prosesnya yang bermasalah jadi tidak yakin sendiri dengan adat yang dibuatnya.
“Saya rasa mereka itu harus introspeksi masing-masing dimana prosesnya yang salah, seperti tidak dianggap sakral seperti main-main,”pungkas Hafizan Romi Faizal. (JOS)
Editor : David Asmara