Masyarakat Tuo Ilir Tuding Pemdes Tidak Transparan Terkait Belanja Kerbau

waktu baca 2 menit
Minggu, 21 Mei 2023 14:32 0 272 jambiotoritas

JambiOtoritas.com, TEBO – Masyarakat desa Tuo Ilir kecamatan Tebo Ilir kabupaten Tebo menolak kerbau program ketahanan pangan alokasi anggaran dana desa tahun anggaran 2023 sebesar Rp 157.500.000,-. Sekarang, ada sepuluh ekor kerbau dengan ukuran berbeda yang telah didatangkan dari Mengupeh dan siap dibagikan ke kelompok masyarakat di sana. Tudingan tidak transparannya pemerintah desa Tuo ilir terkait anggaran pembelian kerbau itu, saat ini berhembus kencang di tengah masyarakat.

” Ya kalau harga perekor yang disampaikan pihak desa adalah 13 juta rupiah. Tetapi kalau melihat kerbau -kerbau tidak sesuai dengan harga tersebut. Sebagian, masih anak kerbau berumur setahunan ada yang kurang setahun,” ujar tokoh masyarakat disana, via telepon seluler, Minggu (21/5/2023).

Baca berita : Kades Tuo Ilir : ” Dana itu Masih ada sisanya dan tidak semua dihabiskan, itukan akan disilvakan”

Informasi yang dirangkum media ini, jumlah anggarannya pembelian sepuluh ekor kerbau itu, sebesar Rp 139.187.500, setelah dipotong pajak (PPN) dari total pos anggaran dana desa (DD) Rp. 157.500.000,-. Menurut sumber media ini menyatakan bahwa pengelolaan anggaran dana desa ketahanan pangan oleh pemerintah desa Tuo Ilir sudah dilaporkan ke pihak kecamatan Tebo ilir. Juga dilaporkan bahwa selama ini tidak melibatkan masyarakat dalam musyawarah penyusunan program. Pemerintah desa dianggap tidak transparan terhadap masyarakat.

” Jadi masyarakat protes dan menolak pembelian kerbau dengan harga 13 juta per ekor itu. Kalau diperkirakan harganya oleh masyarakat harga kerbau kecil itu hanya dikisaran Rp. 7 – 8 juta per ekornya. Jadi masyarakat, harga kerbau kecil 13 juta itu tidak bisa terima. Kalaupun hendak dipelihara juga dikhawatirkan bakal mati,” tegasnya.

Sementara itu, Helmi, kadus Aur Seni menyatakan bahwa dirinya hanya terlibat waktu mencarikan kerbau dengan harga 13 juta dengan ukuran tertentu (sesuai contoh barangnya). Dan setelah di cek oleh pak kades, sepakat dengan harga itu. Tetapi setelah barang datang ternyata ukuran kerbau tidak sama tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Menurutnya rencana pembelian kerbau memang sudah di rencanakan sejak jamannya Pjs terdahulu. Dan dibagikan kepada empat kelompok sesuai kesepakatan KK terbanyak diberikan tiga ekor untuk pengembangbiakannya.

” Karena ukuran kerbau yang datang tidak sesuai dengan contoh barang, maka ada negosiasi harga lagi oleh kades dengan penjual. Bagaimana keputusannya, setelah itu saya tidak ikut lagi soal itu, semua keputusan ditangan Kades,’ kata Helmi. (JOS)

Penulis :David Asmara

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA